Minggu, 31 Juli 2011

Evaluasi



A.   Pendahuluan

Undang - undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1  mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin  terselenggaranya  pendidikan  yang  bermutu  (berkualitas)  bagi  setiap  warga  negara. Terwujudnya  pendidikan  yang  bermutu membutuhkan upaya  yang  terus  menerus  untuk  selalu  meningkatkan  kualitas  pendidikan.  Upaya  peningkatan  kualitas  pendidikan memerlukan  upaya  peningkatan  kualitas  pembelajaran  (instructional  quality)  karena muarad dari  berbagai  program  pendidikan  adalah  pada  terlaksananya   program pembelajaran  yang  berkualitas.  Oleh  karena  itu,  usaha  meningkatkan  kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.
Peningkatan  kualitas  pembelajaran  memerlukan upaya  peningkatan  kualitas program  pembelajaran  secara  keseluruhan  karena  hakikat  kualitas  pembelajaran  adalah  merupakan  kualitas  implementasi  dari  program  pembelajaran  yang  telah  dirancang sebelumnya.  Upaya  peningkatan  kualitas  program  pembelajaran  memerlukan  informasi hasil  evaluasi  terhadap  kualitas  program  pembelajaran  sebelumnya.  Dengan  demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program  pembelajaran  kegiatan  evaluasi  terhadap  program  yang  sedang  maupun  telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih  baik,    hasil  evaluasi  program  sebelumnya  merupakan  acuan  yang  tidak  dapat ditinggalkan.


B.     Konsep Dasar Evaluasi

Ada  tiga  istilah yang sering  digunakan dalam evaluasi,  yaitu  tes,  pengukuran, dan penilaian. (test, measurement, and assessment). Tes  merupakan  salah  satu  cara  untuk  menaksir  besarnya  kemampuan  seseorang  secara  tidak  langsung,  yaitu  melalui  respons seseorang  terhadap  stimulus  atau  pertanyaan  (Djemari  Mardapi,  2008:  67).  Tes merupakan  salah  satu  alat  untuk  melakukan  pengukuran,  yaitu  alat  untuk  mengumpulkan  informasi  karakteristik  suatu  objek.  Objek  ini  bisa  berupa  kemampuan peserta  didik,  sikap,  minat,  maupun  motivasi.  Respons  peserta  tes  terhadap  sejumlah pertanyaan menggambarkan  kemampuan  dalam bidang tertentu.  Tes  merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Pengukuran  (measurement)  dapat  didefinisikan  sebagai the  process  by  which information  about  the  attributes  or  characteristics  of  thing  are   determinied  and differentiated (Oriondo,1998:  2).  Guilford  mendefinisi  pengukuran  dengan  assigning numbers to, or quantifying, things according to a set of rules” (Griffin  & Nix, 1991: 3). Pengukuran  dinyatakan  sebagai  proses  penetapan  angka  terhadap  individu  atau karakteristiknya  menurut  aturan  tertentu  (Ebel  &  Frisbie.  1986:  14).  Allen  &  Yen mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan  keadaan  individu  (Djemari  Mardapi,  2000:  1).  Dengan  demikian,  esensi  dari  pengukuran  adalah  kuantifikasi  atau  penetapan  angka  tentang  karakteristik  atau keadaan  individu  menurut  aturan-aturan  tertentu.    Keadaan  individu  ini  bisa  berupa kemampuan  kognitif,  afektif  dan  psikomotor.  Pengukuran  memiliki  konsep  yang  lebih luas  dari pada  tes.  Kita  dapat  mengukur  karakateristik suatu  objek  tanpa  menggunakan tes,  misalnya  dengan  pengamatan,  skala  rating  atau  cara  lain  untuk  memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.

Penilaian  (assessment)  memiliki  makna  yang  berbeda  dengan  evaluasi.  Popham (1995:  3)  mendefinisikan  asesmen  dalam  konteks  pendidikan  sebagai  sebuah  usaha secara  formal  untuk  menentukan  status  siswa  berkenaan  dengan  berbagai  kepentingan pendidikan.  Boyer  &  Ewel  mendefinisikan  asesmen  sebagai  proses  yang  menyediakan informasi tentang individu siswa,  tentang kurikulum atau program, tentang  institusi atau segala  sesuatu  yang  berkaitan  dengan  sistem  institusi. “processes  that  provide information  about individual  students,  about  curricula  or  programs,  about institutions, or  about  entire  systems  of  institutions” (Stark  &  Thomas,1994:  46).  Berdasarkan berbagai  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa assessment  atau  penilaian  dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes. Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) menyataka n bahwa :

Evaluation  is  the   proce ss  of  deline ating,  obtaining,  and  providing  descriptive  and judgmental  information  about  the  worth  and  merit  of  some   object’s  goals,  design, implementation,  and  impact  in  order  to  guide  decision  making,  serve  needs  for ac countability, and promote understanding of the involved phenomena.
Evaluasi  merupakan  suatu  proses  menyediakan  informasi  yang  dapat  dijadikan sebagai  pertimbangan  untuk  menentukan  harga  dan  jasa  (the  worth  and  merit)  dari tujuan  yang  dicapai,  desain,  implementasi  dan  dampak  untuk  membantu  membuat keputusan,  membantu  pertanggung  jawaban  dan  meningkatkan  pemahaman  terhadap fenomena.  Menurut  rumusan  tersebut,    inti  dari  evaluasi  adalah  penyediaan  informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Komite  Studi  Nasional  tentang  Evaluasi  (National  Study  Committee   on Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa:
Evaluation  is  the  process  of  asce rtaining  the  decision  of  c oncern,  selecting appropriate  information,  and  collecting  and  analyzing  information  in  order  to report summary data useful to decision makers in se lecting among alternative s.

Evaluasi  merupakan  suatu  proses  atau  kegiatan  pemilihan,  pengumpulan,  analisis dan  penyajian  informasi  yang  sesuai  untuk  mengetahui  sejauh  mana  suatu  tujuan program,  prosedur,  produk  atau  strategi  yang  dijalankan  telah  tercapai,  sehingga bermanfaat  bagi  pengambilan  keputusan  serta  dapat  menentukan  beberapa  alternatif keputusan untuk program selanjutnya.

Berdasarkan pendapat  di atas da pat disimpulkan bahwa e valuasi merupakan  proses yang  sistematis  dan  berkelanjutan  untuk  mengumpulkan,  mendeskripsikan, mengintepreta sikan  dan  menyajikan  informasi  untuk  dapat  digunakan  se bagai  dasar membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan. Ada pun tujuan e valuasi adalah untuk memperoleh  informasi  yang  akurat  dan  objektif  tentang  suatu  program.  Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan  program, dampak/hasil  yang  dicapai, efisiensi serta  pemanfaatan hasil  evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil  keputusan  apakah  dilanjutkan,  diperba iki  atau  dihentikan.  Selain  itu,  juga dipergunakan  untuk  kepentingan  penyusunan  program  berikutnya  maupun  penyusunan kebija kan yang te rkait dengan program.

C.     Program Pembelajaran

Menurut  Suharsimi  Arikunto  dan Cepi  Safrudin (2008:  3  -  4)  ada dua  pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara  khusus dan  umum. Menurut pengertian secara  umum,  “program”  dapat  diartikan sebagai  “rencana”. Jika  seorang siswa ditanya oleh  guru,  apa  programnya  setelah  lulus  dalam  menyelesaikan  pendidikan  di  sekolah yang diikuti, maka arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan  yang  akan  dilakukan  setelah  lulus.  Rencana  ini  mungkin  berupa  keinginan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang tua  dalam  membina  usaha,  atau  mungkin  juga  belum  menemukan  program  apapun. Apabila  program  ini  langsung  dikaitkan  dengan  evaluasi  program,  maka  program didefinisikan  sebagai  satu unit  atau  kesatuan  kegiatan  yang  merupakan  realisasi  atau implementasi  dari  suatu  kebijakan,  berlangsung  dalam  program  yang berkesinambungan,  dan  terjadi  dalam  suatu  organisasi  yang  melibatkan  sekelompok orang.
Dalam  buku  yang  lain  Suharsimi  (2008:  291)  mendefinisikan  program  sebagai suatu kegiatan yang direncanakan  dengan seksama. Sedangkan Farida Yusuf Tayibnabis (2000:  9)  mengartikan  program  sebagai  segala  sesuatu  yang  dicoba lakukan  seseorang dengan  harapan  akan  mendatangkan  hasil  atau  pengaruh.  Dengan  demikian  program dapat  diartikan  sebagai  serangkain  kegiatan  yang  direncanakan  dengan  seksama  dan dalam  pelaksanaannya  berlangsung  dalam  proses  yang  berkesina mbungan,  dan  terjadi dalam  suatu  organisasi  yang  melibatkan  banyak  orang.  Dalam  pengertian  tersebut  ada empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:
  1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan  asal rancangan, tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat,
  2. Kegiatan  tersebut  berlangsung  secara  berkelanjutan  dari  satu  kegiatan  ke kegiatan yang lain. Dengan kata lain ada   keterkaitan antar  kegiatan sebelum  dengan kegiatan sesudahnya,
  3. Kegiatan  tersebut  berlangsung  dalam  sebuah  organisasi,  baik  organisasi  formal maupun organisasi nonformal bukan kegiatan individual,
  4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya melibatkan banyak orang bukan  ke giatan  yang  dilakukan  oleh  perorangan  tanpa  ada  kaitannya   dengan kegiatan orang lain.
Pembelajaran  merupakan  salah  satu  bentuk  program,  karena  pembelajaran  yang baik  memerlukan  perencanaan  yang  matang  dan  dalam  pelaksanaanya   melibatkan berbagai  orang,  baik  guru  maupun  siswa,  memiliki  keterkaitan  antara  kegiatan pembelajaran yang  satu  dengan  kegiatan  pembelajaran  yang lain,  yaitu  untuk mencapai kompetensi  bidang  studi yang  pada  akhirnya  untuk mendukung  pencapaian  kompetensi lulusan,  serta  berlangsung  dalam  organisasi.  Agar  pembelajaran  bisa  berjalan  dengan efektif  dan  efisien,  maka  perlu  kiranya  dibuat  suatu  program  pembelajaran.  Program pembelajaran yang  biasa  disebut  juga  dengan rencana  pelaksanaan  pembelajaran (RPP) merupakan  panduan  bagi  guru  atau  pengajar  dalam  melaksanakan  pembelajaran Program  pembelajaran  yang  dibuat  oleh  guru  tidak  selamanya  bisa  efektif  dan  dapat dilaksanakan  dengan  baik,  oleh  karena  itulah  agar  program  pembelajaran  yang  telah dibuat  yang  memiliki  kelemahan  tidak  terjadi  lagi  pada  program  pembelajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pembelajaran.

D.    Kegunaan Evaluasi Program Pembelajaran

Sekurang-kurangnya  ada  empat  kegunaan  utama  evaluasi  program  pembelajaran, yaitu:

1.     Mengkomunikasikan progr am kepada publik

Tidak jarang  publik termasuk orang  tua siswa  mendapat  laporan  bersifat garis besar  dari  media  massa  tentang  efektivitas  program  sekolah  termasuk  program pembelajaran.  Laporan  demikian  biasanya  hanya  menyajikan  angka-angka  statistic tanpa  disertai  penjelasan  secara  detail  tentang  makna  dan  hal-hal  yang  tekait.  Ada pula  sebagian  orang  tua  menerima  laporan  tentang  program  pembelajaran  dari siswanya.  Informasi  demikian bagaimanapun  kurang  lengkap. Padahal  laporan atau informasi  demikian  dapat  saja  membentuk  opini  sistem  pembelajaran  atau  bahkan kinerja  guru.  Oleh  karena  itu  mengkomunikasikan  hasil  evaluasi  program sekolah.  Bagaimanapun  orang  tua  maupun  masyarakat  luas  lainnya  memiliki kepentingan  terhadap  pembelajaran  di  sekolah.  Oleh  karena   itu  sekolah  memiliki kewajiban  untuk  mengkomunikasikan  efektivitas  program  pembelajarannya  kepada orang  tua  maupun  publik  lainnya  melalui  hasil-hasil  evaluasi  yang  dilaksanakan, dengan demikian publik dapat menilai tentang efektivitas program pembelajaran dan memberikan dukungan yang diperlukan.

2.     Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
Informasi  yang  dihasilkan  dari  evaluasi  program  pembelajaran  akan  berguna bagi  setiap  tahapan  dari  manajemen  sekolah  mulai  sejak  perencanaan,  pelaksanaan ataupun  ketika  akan  mengulangi  dan  melanjutkan  program  pembelajaran.  Hasil evaluasi  dapat  dijadikan  dasar  bagi  pembuatan  keputusan,  sehigga  keputusan kinerjanya.  Informasi  hasil  evaluasi  akan  memberikan  konfirmasi  tentang komponen-komponen  program  pembelajaran  yang  masih  lemah  dan  perlu ditingkatkan. Bagi siswa informasi hasil evaluasi yang berupa kemajuan hasil belajar siswa juga mempunyai manfaat untuk me ningkatkan motivasi belajar.

E.   Objek Evaluasi  Pembelajaran

Berdasarkan  asumsi  bahwa  pembelajaran  merupakan  sistem  yang  terdiri  atas beberapa  unsur,  yaitu  masukan,  proses  dan  keluaran/hasil;  maka  objek  atau  sasaran evaluasi  program pembelajaran  dapat  dibedakan  menjadi  tiga, yaitu:  evaluasi  masukan, proses dan keluaran/hasil pembelajaran.
  1. Evaluasi  masukan  pembelajaran  meneka nkan  pada  penilaian  karakteristik  pese rta didik,  ke lengkapan  da n  keadaan  sarana  dan  prasarana  pembelajaran,  karakteristik da n  kesiapan  guru, kurikulum  dan  materi  pembelajaran,  strate gi  pembelajaran  yang sesuai  denga n  mata  pelajaran,  serta  keadaan  lingkungan  di  mana  pembelajaran be rla ngsung.
  2. Evaluasi proses pembelajaran meneka nkan pada penilaian pengelolaan pembelajaran yang  dilaksanakan  oleh  guru  meliputi  kinerja  guru  da lam  ke las,  keefektifan  media pe mbelajaran, iklim ke las, sikap dan motivasi belajar siswa.
  3. Penilaian  hasil  pembelajaran  merupakan  upaya  untuk  melakukan  pengukuran terha dap  hasil  belajar  siswa,  ba ik  menggunakan  tes  maupun  non  tes,  dalam  hal  ini adalah  penguasaan  kompetensi oleh setiap  siswa sesuai dengan karakteristik  masing – masing mata pelajaran .



Terkait dengan  ketiga  objek atau  sasaran evaluasi  program pembelajaran  tersebut, menurut  Pusat  Pengembangan  Sistem  Pembelajaran  Lembaga  Pengembangan Pendidikan  Universitas  Sebelas  Maret  (2007:  5)  dalam  praktek  pembelajaran  secara umum,  pelaksanaan  evaluasi  program  pembelajaran  menekankan  pada  evaluasi  proses pembelajaran  atau  evaluasi  manajerial,  dan  evaluasi  hasil  belajar  atau  evaluasi substansial.  Hal  ini didasarkan  pada  pemikiran  bahwa  dalam  pelaksanaan  pembelajaran kedua  jenis  evaluasi  tersebut  merupakan  komponen  sistem  pembelajaran  yang  sangat penting.  Evaluasi  kedua  jenis  komponen  yang  dapat  dipergunakan  untuk  mengetahui kekuatan  dan  kelemahan  pelaksanaan  dan  hasil  pembelajaran.  Selanjutnya  masukan tersebut  pada  gilirannya  dipergunakan  sebagai  bahan  dan  dasar  memperbaiki  kualitas proses pembelajaran menuju ke perbaikan  kualitas hasil pembelajaran. Dengan kata  lain untuk  memperbaiki  kualitas  hasil  belajar  siswa  harus  didahului  dengan  perbaikan terhadap kualitas proses pembelajaran.
Dalam  konsep  manajemen  mutu,  menurut  Sudarwan  Danim  (2007:  12  -13)  mutu pendidikan  dilihat  dari  empat  perspektif,  yaitu  masukan,  proses,  luaran  atau  prestasi belajar,  dan  dampak  atau  utilitas  lulusan.  Dengan  demikian,  kebiasaan  menilai  mutu proses  pembelajaran  hanya  dengan  melihatnya  dari  prestasi  belajar  siswa  semata tidaklah tepat. Dilihat dari pendekatan sistem pemecahan masalah, prestasi  belajar siswa yang buruk bukanlah masalah, melainkan gejala atau indikator adanya masalah. Disebut bukan masalah karena  prestasi belajar siswa  yang  buruk adalah sebuah realitas.  Rahasia mengenai  factor-faktor  apa  yang  mempengaruhi  buruknya  hasil  belajar  siswa,  strategi manajemen  sekolah  macam apa  yang  harus  diterapkan, strategi  pembelajaran  apa  yang harus  dikemas  agar  siswa  tahu  bagaimana  memecahan  masalahnya  sendirilah  yang menjadi masalah.
Berdasarkan  beberapa  asumsi  dan  pendapat  di  atas,  secara  ringkas  dapat disimpulkan  bahwa  objek  evaluasi  program pembelajaran  yang  pokok  harus  mencakup dua hal, yaitu:
  1. Aspek  manajerial,  yaitu  implementasi  rancangan  pembelajaran  yang  telah  disusun oleh  guru  dalam  bentuk  proses  pembelajaran,  atau  disebut  juga  dengan  evaluasi kualitas proses pembelajaran.
  2. Aspek  substansial,  yaitu  hasil  belajar  siswa  setelah  mengikuti  serangkaian  proses pembelajaran  yang  dirancang  oleh  guru,  atau  disebut  juga  dengan  penilaian  hasil belajar siswa, baik menggunakan tes maupun non tes.

F.    Evaluator Program Pembe lajaran

Ada  dua  kemungkinan  asal  (dari  mana)  orang  untuk  dapat  menjadi  evaluator program  ditinjau  dari  program  yang  akan  dievaluasi.  Masing-masing  mempunyai kelebihan  dan  kekurangan.  Menentukan  asal  evaluator  harus  mempertimbangkan keterkaitan  orang  yang  bersangkutan  dengan  program  yang  akan  dievaluasi. Be rdasarkan  pertimbangan  tersebut  Suharsimi  Arikunto  dan  Cep  Safrudin  (2008:  23  – 25)  mengklasifikasikan  evaluator  menjadi  dua  macam,  yaitu  evaluator  dari  dalam (internal evaluator) dan evaluator dari luar (exte rnal evaluator).
  1. Evaluator dari dalam

Yang dimaksud  dengan  evaluator dari  dalam  adalah  petugas  evaluasi program yang  sekaligus  merupakan  salah  seorang  dari  anggota  pelaksana  program evaluasi.  Berdasarkan  batasan tersebut  maka  dalam  evaluasi  program  pembelajaran guru  menjadi  evaluator  dari  dalam  karena  guru  selain  sebagai  perencana  sekaligus pelaksana  program pembelajaran  mempunyai  kewajiban menilai,  sikap  dan perilaku maupun  partisipasi  siswa  dalam  proses  pembelajaran,  juga  mempunyai  kewajiban menilai hasil  belajar  siswa .  Adapun  kelebihan  dan  kekurangan evaluator dari  dalam antara lain:
Kelebihan Evaluator dari dalam
a.     Evaluator  memahami  betul  program  yang  akan  dievaluasi  sehingga  kekhawatiran  untuk  tidak  atau  kurang  tepatnya  sasaran  tidak  perlu  ada.  Dengan kata lain, evaluasi tepat pada sasaran.
b.     Karena  evaluator  adalah  orang  dalam,  pengambil  keputusan  tidak  banyak  mengeluarkan waktu dan biaya yang cukup banyak.
Kekurangan  Evaluator dari dalam
a.     Adanya  unsur  subjektivitas  dari  evaluator,  sehingga  berusaha  menyampaikan aspek  positif  dari  program  yang  dievaluasi  dan  menginginkan  agar  kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan  kata lain,  evaluator internal dapat dikhawatirkan akan bertindak subjektif.
  1. Karena  sudah  memahami  seluk  beluk  program,  jika  evaluator  kurang  sabar, kegiatan  evaluasi  akan  dilaksanakan  dengan  tergesa-gesa  sehingga   kurang cermat.

  1. Evaluator dari luar
Yang  dimaksud  dengan  evaluator  dari  luar  adalah  orang-orang  yang  tidak terkait  dengan  implementasi  program.  Mereka  berada  di  luar  dan  diminta  oleh pengambil  keputusan  untuk  mengevaluasi  keberhasilan  program  pembelajaran. Termasuk  evaluator  eksternal  dalam  evaluasi  program  pembelajaran  diantaranya evaluasi yang dilakukan petugas yang ditunjuk oleh kepala  sekolah maupun evaluasi yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh dinas pendidikan.
Kele bihan Evaluator dari luar
a.     Karena  tidak berkepentingan  atas keberhasilan  program pembelajaran, evaluator dari luar  dapat  bertindak  secara  efektif  selama   melaksanakan  evaluasi  dan mengambil kesimpulan. Apapun  hasil  evaluasi tidak akan ada respon  emosional dari  evaluator karena tidak ada  keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan lebih  sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang sebenarnya.
b.     Seorang  ahli  yang  ditunjuk  biasanya  akan  mempertahankan  kredibilitas kemampuannya, dengan begitu ia akan bekerja secara serius dan hati – hati.
Kekurangan Evaluator dari luar
a.     Evaluator  dari  luar  biasanya  belum  mengenal  lebih  dalam  tentang  program pembelajaran  yang  akan  dievaluasi.  Hal  itu  wajar  karena  evaluator  tidak  ikut dalam  proses  kegiatannya.  Mereka  berusaha  mengenal  dan  mempelajari  seluk beluk program  tersebut  setelah  mendapat  permintaan  untuk  mengevaluasi. Dampak  dari  kekurangan  pengetahuan  tersebut  memungkinkan  kesimpulan  yang  diambil kurang tepat.
  1. Pemborosan  waktu  dan  biaya,  pengambil  keputusan  harus  mengeluarkan  waktu dan biaya untuk membayar evaluator tersebut.



Melihat  kelebihan  dan  kekurangan  dari  masing-masing  evaluator,  serta  untuk lebih  mengoptimalkan  peran  guru  dalam  evaluasi  program  pembelajaran,  maka  sebaiknya  evaluator  dalam  evaluasi  program  pembelajaran  merupakan  kombinasi antara  evaluator  dari  dalam  dan  evaluator  dari  luar.  Sebagai  contoh  untuk  evaluasi program  pembelajaran  pada  setiap  akhir  pelaksanaan  pembelajaran  berkenaan  dengan  satu kompetensi dasar atau satu  pokok bahasan evaluasi  dilakukan oleh guru yang  merancang  dan  melaksanakan  kegiatan  pembelajaran.  Sedangkan  untuk evaluasi  program  pembelajaran  pada  setiap  akhir  semester  atau  pada  akhir  tahun  da pat  dilaksanakan  oleh  petugas  yang  ditunjuk  dan  diberi  tanggungjawab  oleh pimpinan  sekolah,  baik  itu  dilakukan  oleh  wakil  kepala  sekolah  bidang  kurikulum maupun bagian tertentu yang bertanggung jawab terhadap manajemen mutu sekolah.













Kesimpulan
Peningkatan  kualitas  pembelajaran  membutuhkan  adanya  peningkatan  kualitas program  pembelajaran  secara   berkelanjutan  dan  berkesinambungan.  Untuk  meningkat kan  kualitas  program  pembelajaran  membutuhkan  informasi  tentang  implementasi program  pembelajaran  sebelumnya.  Hal  dapat  diperoleh  dengan  dilakukannya  evaluasi terhadap program pembelajaran secara periodic.
Untuk  lebih  mengoptimalkan  hasil  evaluasi  program  pembelajaran  maka  peran guru  perlu  lebih  ditingkatkan.  Kalau  selama  ini  guru  hanya  sebagai  perancang  dan pelaksana  program, maka  ke  depan perlu dilibatkan  sebagai evaluator terhadap program pembelajaran.  Dalam  evaluasi  program  pembelajaran  guru  tidak  cukup  hanya  menilai hasil  belajar  siswa  saja,  tetapi  perlu  mengevaluasi  proses  pembelajaran  yang  telah  berlangsung  sebelumnya.  Untuk  dapat  melaksanakan  peran  sebagai  evaluator  program pembelajaran  dengan  baik,  guru  perlu  dibekali  pengetahua n  dan  kecakapan  tentang (instructional  program  evaluation ),  mulai  dari  konsep, pemilihan  model-model  evaluasi  program,  penyusunan  instrumen  evaluasi  sampai penyusunan laporan hasil evaluasi program pembelajaran.






























PUSTAKA

Djemari  Mardapi.  (2000).Evaluasi  pendidikan.  Makalah  disampaikan  pada  Konvensi

Pendidikan Nasional tanggal 19 – 23 September 2000 di Universitas Ne geri Jakarta.

Djemari Mardapi. ( 2008).Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogya karta: Mitra cendekia

Ebe l,  R.L.  &  Frisbie,  D.A.  (1986).Essentials  of  educational  measurement.  Engle wood
Cliffs: Prentice- Hall, Inc.

Farida Yusuf Tayibnapis. (2000).Evaluasi program. Jakarta:  Rineka Cipta
Griffin, P.  & Nix, P.  (1991). Educational assessment and reporting.  Sydney: Harcout Brace
Javanovich, Publisher.
Popham, W. J. (1995). Classroom assessment. Boston: Allyn and Bacon

Oriondo,  L.  L.  &  Antonio,  E.  M.D.  (1998). Evaluating  educational  outcomes  (Test,

measurement and evaluation) . Manila : Rex Book Store


Stark,  J.S.  &  Thomas,  A.  (1994). Assessment  and  program e valuation.  Needha m  He ights:
Simon & Schuster Custom Publishing.

Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. (1985). Systematic  evaluation. Boston: Kluwer Nijhof
Publishing.

Sudarwan Danim. (2007). Visi baru manajemen sekolah. Jakarta: Bumi Aksa ra

Suharsimi  Arikunto  dan  Cep  Safrudin  A.J.  (2008). Evaluasi  program  pendidikan.  Jaka rta:
Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Tim  Pe kerti-AA  PPSP  LPP  Universitas  Sebelas  Maret.  (2007). Panduan  evaluasi
pe mbelajaran.  Solo:  Pusat  Pengembangan  Sistem  Pembe lajara n  Lembaga

Pengembangan Pendidikan UNS.

Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika n Nasional















0 komentar:

Posting Komentar