Minggu, 31 Juli 2011

Hakikat Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik 2

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Sebagian perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seseorang merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangannya, sedangkan sebagian lagi dari perubahan-perubahan itu tidak ada kaitannya sama sekali. Seifert dan Haffnung membendakan tiga tipe (domain) perkembangan yaitu:
·         Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan biologis. Misalnya, pertumbuhan otak, otot, tulang serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan berkurangnya kekuatan otot-otot.
·         Perkembangan kognitif mencakup perubahan-perubahan dalam berpikir, kemampuan berbahasa yang terjadi melalui proses belajar.
·         Perkembangan psikososial berkaitan dengan perubahan-perubahan emosi dan identitas pribadi individu, yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan keluarga, teman-teman dan guru-gurunya.
Ketiga domain tersebut pada kenyataannya saling berhubungan dan saling berpengaruh. Sejak tahun 1980-an semakin diakui pengaruh keturunan terhadap perbedaan individu. Menurut Santrok (1992) semua aspek dalam perkembangan dipengaruhi oleh faktor genetik. Aspek-aspek yang paling banyak diteliti sehubungan dengan pengaruh genetik ini ialah kecerdasan dan temperamen.
Arthur Jensen (1969) melontarkan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan, dengan pengaruh yang sangat minimal dari lingkungan dan budaya. Menurut Jensen pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80 persen, sedangkan menurut ahli lain sebesar 50 persen. Temperamen adalah gaya perilaku atau karakteristik dalam merespons lingkungan. Ada bayi yang sangat aktif dengan menggerak-gerakan tangan, kaki dan mulutnya dengan keras, ada pula yang lebih tentang. Ada bayi yang merespons orang lain dengan hangat, ada pula yang pasif dan acuh tidak acuh.
Menurut Thomas & Chess (1991) ada tiga dasar temperamen yaitu yang mudah, yang sulit dan yang lambat untuk dibangkitkan. Beberapa ahli perkembangan berpendapat bahwa temperamen adalah karakteristik bayi yang baru lahir yang akan dibentuk dan dimodifikasi oleh pengalaman-pengalaman masa kecil yang ditemui dalam lingkungannya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa terdapat interaksi antara keturunan dan lingkungan dalam terjadinya perkembangan.
Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan. Pola gerakan ini kompleks dan merupakan produk dari beberapa
proses yaitu: biologis, kognitif dan sosial.
Pembagian waktu dalam perkembangan disebut fase-fase perkembangan. Santrok dan Yussen membaginya atas lima fase yaitu: fase pranatal (saat dalam kandungan); fase bayi (sejak lahir sampai umur 18 atau 24 bulan), fase kanak kanak awal sampai umur 5 - 6 tahun, kadang-kadang disebut fase pra sekolah; fase kanak-kanak tengah dan akhir, sampai umur 11 tahun, sama dengan usia sekolah dasar terakhir fase remaja yang merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, antara umur 10/13 sampai 18/22 tahun.
Erik H. Erikson yang melahirkan teori perkembangan afektif mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sintesis dari tugas-tugas perkembangan dan  tugas-tugas sosial. Perkembangan afektif menurut Erikon terdiri dari delapan fase:
1.      Trust Vs Mistrus / Kepercayaan dasar (0;0-1;0)
2.      Autonomy Vs Shame and Doubt/ Otonomi (1;0-3;0)
3.      Initiatives Vs Guilt / Inisiatif (3;0-5;0)
4.      Industry Vs Inferiority / Produktivitas (6;0-11;0)
5.      Identity Vs Role Confusion / Identitas (12;0-18;0)
6.      Intimacy Vs Isolation / Keakraban (19;0-25;0)
7.      Generavity Vs Self Absorption / Generasi Berikut (25;0-45;0)
8.      Integrity Vs Despair / Integritas (45;0,....)
Pola – pola perkembangan kognitif dari jean piaget
1.      Tahap sensor motor (0;0 – 2;0) . .
2.      Tahap praoperasional (2;0 – 7;0)
3.      Tahap operasional konkrit (7;0 – II;0)
4.      Tahap operasional formal (11; -15;0)
B.     Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mengetahui :
a.       Pola – pola perkembangan Afektif manusia.
b.      Pola – pola perkembangan Kognitif manusia.
C.    Tujuan
Dengan memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan masalah adalah :
a.       Untuk mengetahui hakikat perkembangan ( perkembangan, pertumbuhan, kematangan dan perubahan ).
b.      Untuk mengetahui Fase – fase perkembangan.
c.       Untuk mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan.
d.      Untuk mengetahui Karakteristik PPPD anak usia SD.


 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pola - Pola Perkembangan Afektif Pada Manusia
Erik H. Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sintesis dari tugas – tugas perkembangan dan tugas – tugas sosial. Erikson mengemukakan teori perkembangan afektif yang terdiri atas 8 tahap :Rata Penuh
1.      Trust Vs Mistrus / Kepercayaan dasar (0;0-1;0)
Bayi yang kebutuhanya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan tumbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang di sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungkan nasibnya. Jika pemeliharaan bayi itu tidak sebagaimana mestinya maka sebaliknya akan timbul rasa penolakan dan ketidakpercayaan pada orang sekitarnya. Perasaan ini akan terus terbawa pada tingkat perkebangan selanjutnya.
2.      Autonomy Vs Shame and Doubt/ Otonomi (1;0-3;0)
Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada tahap ini bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan dan lain-lainya. Anak sangat bangga dengan kemampuanya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri. Orang tua sebaiknya menyadari bahwa anak butuh melakukan sendiri hal-hal yang sesuai dengan kemampuanya menurut langkah dan waktunya sendiri. Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakan sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa malu-malu dan ragu-ragu. Orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan anaknya, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang berlebihan pada anak itu. Jika anak anak meninggalkan fase ini, ia akan mengalami kesulitan untuk memperoleh autonomy pada masa remaja dan masa dewasanya.
3.      Initiatives Vs Guilt / Inisiatif (3;0-5;0)
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya.inisiatif anak akan lebih terdorong dan terpuruk bila orang tua memberi respon yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melakukan kegiatan-kegiatan motoris sendiri dan bukan hanya bereaksi atau meniru anak-anak lain. Dimensi sosial pada tahap ini mempunya dua ujung yaitu initive dan guilt (perasaan bersalah).
4.      Industry Vs Inferiority / Produktivitas (6;0-11;0)
Anak mulai berpikir deduktif, belajar dan bermain menurut peraturan yang ada. Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis, dan mengerjakanya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu. Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja melainkan mencakup lembaga-lembaga lain yang mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan inividu. Pengalaman - pengalamn sekolah mempengaruhi industry dan inferiority anak.
5.      Identity Vs Role Confusion / Identitas (12;0-18;0)
Pada fase ini anak menuju kematangan fisik dan mental. Anak mempunyai perasaan – perasaan dan keinginan – keinginan baru sebgai akibat perubahan – perubahan tubuhnya. Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain, ia berpikir pula apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Ia mulai mengerti tentang keluarga ideal, agama dan masyarakat. Pada masa ini remaja harus dapat mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang dirinya misal sebagai anak, pelajar, anggota osis dan sebagainya menjadi satu kesatuan sehingga menunjukan kontinuitas dengan masa lalu dan sikap menghadapi masa datang.
6.      Intimacy Vs Isolation / Keakraban (19;0-25;0)
Yang dimaksud intimacy oleh Erikson selain hubungan suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan perhatian pada orang lain. Jika intimacy tidak terdapat diantara sesama teman atau suami istri, menurut Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya orang lain untuk berbagi rasa dan saling memperhatikan.
7.      Generavity Vs Self Absorption / Generasi Berikut (25;0-45;0)
Generavity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang – orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup. Orang yang tidak berhasil mencapai generavity berarti ia berada dalam keadaan self absorption (penyerapan diri) dengan hanya memutuskan perhatian kepada kebutuhan – kebutuhan dan kesenangan pribadi.
8.      Integrity Vs Despair / Integritas (45;0,....)
Pada fase ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu – cucu. Integrity timbul dari kemampuan individu untuk melihat kembali kehidupan yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikanya adalah despair, yaitu keadaan dimana individu yang melihat kembali dan meninjau kembali kehidupanya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah.
B.     Pola Perkembangan Kognitif Dari Jean Piaget
Piaget mengemukakan proses anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa melalui empat tahap perkembangan, yakni:
1.      Tahap sensor motor (0;0 – 2;0)
Kegiatan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala
yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat anak mencapai kematangan dan mulai. memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya dengan menerapkannya pada objek – objek yang nyata. Anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut.
2.      Tahap praoperasional (2;0 – 7;0)
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang – lambang bahasa yang dipergunakan untuk menunjukkan benda – benda nyata bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukannya berdasarkan analisis rasional. Anak biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Menurut pendapat mereka pesawat terbang adalah benda kecil yang berukuran 30 cm; karena hanya itulah yang nampak pada mereka saat mereka menengadah dan melihatnya terbang di angkasa.
3.      Tahap operasional konkrit (7;0 – 11;0)
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk .mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret. Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak sering kali menjadi frustasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suatu kata dalam tulisan tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedia jawabannya.
4.      Tahap operasional formal (11; -15;0)
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategori baik yang abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapet memikirkan buah pikirannya, dapat membentuk ide – ide, berpikir tentang masa depan secara realistis. Sebelum menekuni tugasnya membimbing dan mengajar, guru atau calon guru sebaiknya memahami teori Piaget atau ahli lainnya tentang pola – pola perkembangan kecerdasan peserta didik. Dengan demikian mereka memiliki landasan untuk mengembangkan harapan – harapan yang realistis mengenai perilaku peserta didiknya.









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a.       Erik H. Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sintesis dari tugas – tugas perkembangan dan tugas – tugas sosial.
b.      Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya. Maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta didik.















DAFTAR PUSTAKA
Sumantri M, Syaodih N :2007.Perkembangan Peserta Didik

0 komentar:

Posting Komentar